Kebun mangga ada di mana-mana. Hampir setiap rumah di Indramayu, memiliki pohon mangga
Diantara jenis mangga yang sangat dikenal sampai ke mancanegara adalah jenis Mangga Gedong, cengkir (mangga indramayu) dan mangga gajah.
Mangga Gedong Gincu dan cengkir paling banyak disukai masyarakat karena alasan kaya kandungan vitaminnya dan lantaran memiliki bentuk, penampilan serta baunya yang sangat harum .
Selain Mangga Gedong, masyarakat juga mengenal jenis mangga lain. Seperti Mangga Cengkir alias Mangga Indramayu, Mangga Nanas, Mangga Golek, Mangga Manalagi, Mangga Harum Manis, Mangga Bapang, Mangga Glepung, Mangga Boled, Mangga Susu dan Mangga Kweni, dll.
Sebuah kelebihan di kota indramayu adalah Mangga Cengkir atau Mangga Indramayu konon memiliki keunikan. Jenis mangga yang satu ini hanya tumbuh dan berbuah dengan baik di Indramayu. Di luar Indramayu, Mangga Cengkir memang tumbuh, namun rasanya tidak semanis dan sesegar Mangga Cengkir yang ditanam di tanah Indramayu.
BUAH MUSIMAN
Produksi buah mangga di Indramayu masih bergantung pada musim. Ada yang berbuah setahun sekali. Ada juga 2 kali setahun. Namun ada pula tanaman mangga yang berbuah 3 kali setahun, tapi yang terakhir ini sangat jarang dan sangat sulit dalam pengembangannya.
Musim mangga mencapai puncaknya sekitar Agustus, September, Oktober. Meskipun belum memasuki bulan September – Oktober, sudah banyak pedagang yang menjual mangga. Baik di trotoar Pasar Lama Indramayu, di kios maupun los buah Pasar Indramayu serta di jual pedagang di sepanjang Jalan Jalur Pantura Indramayu.
Sebelum memasuki puncak musim mangga, terlebih dahulu diawali musim keluarnya bunga mangga. Mangga berbuah biasanya pada musim kemarau, dimana tingkat penguapan udara pada siang hari sangat tinggi dan malam hari terjadi pengembunan. Sehingga suhu udara malam hari menjadi lebih rendah dari biasanya.
Saat bunga mangga mulai keluar, nenek moyang orang Indramayu menyebut musim kamididing bukan musim kemarau.
Mengingat produksi mangga masih sangat bergantung terhadap alam atau musim, maka dampaknya sangat berpengaruh terhadap harga jual mangga itu sendiri. Mengingat produksi mangga masih sangat bergantung pada alam atau musim maka dampaknya cukup merepotkan . Sebab disini berlaku hukum ekonomi. Pada saat produksi melimpah, harga mangga murah. Sebaliknya, memasuki tidak musim mangga, harganya mahal.
Selain itu sering terjadi fluktuasi harga yang sangat mencolok. Selain harganya yang naik – turun dengan drastis, masyarakat tidak bisa menikmati mangga diluar musim mangga. Masalahnya mangga yang masak tidak dapat bertahan lama. Sekalipun di simpan dalam lemari pendingin. Mangga paling lama bertahan sekitar 1 – 1,2 bulan. Sesudah masa itu, kualitas mangga akan menurun. Kandungan vitamin berkurang. Kesegaran pun hilang.
Peran H. Cecep Syamsuri dalam Pengembangan Mangga Indramayu
Salah satu tokoh lokal yang dikenal memiliki perhatian besar terhadap potensi mangga Indramayu adalah H. Cecep Syamsuri, seorang putra daerah yang sejak awal tahun 2000-an aktif mengembangkan sektor pertanian, khususnya buah mangga. Kepeduliannya terhadap mangga lokal tidak hanya sebatas di lahan, tetapi juga sampai pada aspek pengolahan dan pemasaran.
Dulu, H. Cecep mendirikan sebuah usaha pengolahan mangga yang cukup dikenal di wilayahnya dengan nama Sari Buah Kemujing. Usaha ini berlokasi di Kemujing, dan sempat menjadi pelopor dalam pengolahan hasil panen mangga menjadi produk turunan seperti jus mangga segar, selai, dodol mangga, dan manisan kering. Produk-produk ini pernah menembus pasar luar daerah, bahkan menjadi buah tangan khas Indramayu.
Menurut H. Cecep, usaha ini didirikan karena keprihatinannya melihat hasil panen mangga yang sering kali melimpah tapi tidak tertampung pasar. Akibatnya, banyak buah yang akhirnya terbuang atau dijual dengan harga sangat murah.
"Mangga kita ini luar biasa. Tapi kalau tidak diolah dengan baik, saat musim panen raya, petani justru bisa rugi. Saya ingin ada nilai tambah di sana," ujar H. Cecep mengenang masa-masa awal berdirinya Sari Buah Kemujing.
Sayangnya, meski memiliki visi yang baik, usaha ini harus tutup sekitar tahun 2017 karena sejumlah kendala, mulai dari keterbatasan modal operasional, sulitnya akses distribusi luas, hingga minimnya dukungan teknologi pengawetan buah. Namun meski usahanya tak lagi berjalan, semangat dan dedikasi H. Cecep dalam memajukan sektor mangga Indramayu tetap dikenang.
Ia tetap aktif memberikan edukasi dan motivasi kepada petani di sekitarnya agar tidak hanya mengandalkan penjualan buah segar, tapi mulai berpikir soal olahan dan branding produk. Ia juga dikenal rajin hadir dalam diskusi pertanian di desa, menyuarakan pentingnya kemandirian petani dan keberlanjutan pengelolaan mangga sebagai komoditas unggulan Indramayu.
"Sari Buah Kemujing memang sudah tidak ada, tapi semangatnya masih hidup. Saya ingin anak-anak muda Indramayu bisa bangkit dengan ide-ide baru yang lebih segar," ungkapnya.
Kisah H. Cecep dan Sari Buah Kemujing menjadi cermin bahwa pengembangan komoditas lokal seperti mangga butuh lebih dari sekadar lahan subur—dibutuhkan juga keberanian untuk berinovasi, semangat gotong royong, dan dukungan yang berkelanjutan.
http://curhatz.blogspot.com/ : wah mbak sma besarnya he..he.... : SIP info
BalasHapusmantaaf he.
BalasHapusHalo,
BalasHapusPerkenalkan, Nama saya Wenny
Saya adalah development dari ForexMart, Kami melihat website anda dan kami ingin mendiskusikan kerjasama kemitraan dengan Anda.
Boleh saya minta kontaknya untuk menjelaskan lebih lanjut atau anda bisa langsung menghubungi saya ke wenny@forexmart.com, terimakasih
Wieh mantep mbak,,
BalasHapus